Saturday, April 19, 2014

COPD : Indacaterol sebagai Bronkodilator Kerja Panjang untuk PPOK

BERITA TERKINI
CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 517 8/26/2010 3:39:05 PM
| SEPTEMBER - OKTOBER 2010 515

      Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara pada saluran pernapasan yang tidak sepenuhnya reversibel. Saat ini PPOK menjadi penyebab kematian keempat terbanyak di seluruh dunia. Diperkirakan pada tahun 2020, PPOK akan menjadi penyebab kematian nomor 3 terbanyak di seluruh dunia. Beberapa penyakit yang termasuk di dalam kelompok besar penyakit PPOK adalah emfisema, bronkitis kronik dan penyakit saluran nafas kecil (small airway disease).
     PPOK adalah penyakit yang bersifat kronik progresif, yang berarti perjalanan penyakit ini akan berlangsung terus dengan kecenderungan memburuk; oleh karena itu kepatuhan penderita dalam pengobatan adalah salah satu faktor penting untuk keberhasilan terapi.
      Salah satu cara meningkatkan kepatuhan penderita dalam pengobatan adalah dengan mengurangi frekuensi pemakaian obat dalam sehari. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) merekomendasikan penggunaan bronkodilator seperti golongan beta-2 agonis dan antikolinergik sebagai terapi simtomatik PPOK.
     Indacaterol sebagai bronkodilator inhalasi golongan beta-2 agonis mempunyai waktu kerja yang panjang mencapai 24 jam (ultra long acting bronchodilator) sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan berobat pasien PPOK. Sebuah uji klinis fase III dengan sampel sebanyak 416 pasien PPOK menilai efikasi dan keamanan dari indacaterol. Disain penelitian ini acak, multi senter, tersamar ganda dan kontrol plasebo selama 12 minggu. Tujuan studi ini adalah untuk menilai efikasi dan keamanan indacaterol dibandingkan dengan plasebo pada pasien PPOK derajat sedang dan berat. Intervensi yang diberikan adalah pemberian indacaterol sekali sehari (n=211) atau plasebo (n=205) melalui dry powder inhaler dosis tunggal.
    Hasil studi ini menunjukkan adanya perbedaan FEV1 (Volume Ekspiratori Paksa pada detik pertama) yang signifikan antara indacaterol dibandingkan dengan plasebo pada hari pertama terapi dan minggu 12 yaitu sebanyak 190 ± 28 ml (p<0,001) dan 160 ± 28 ml (p<0,001). Indacaterol secara bermakna juga menurunkan jumlah hari kontrol yang buruk (day of poor control) sebanyak 22,5% dibandingkan plasebo (p<0,001) dan secara signifikan menurunkan pemakaian obat-obat untuk ”rescue medication” (p<0,001).
     Efek samping Indacaterol dibandingkan dengan plasebo tidak berbeda bermakna (indacaterol 49,3% dan plasebo 46,8%); yang terbanyak adalah perburukan episode PPOK (indacaterol 8,5 , plasebo 12,2 %) dan batuk (indacaterol 6,2 %, plasebo 7,3%) Indacaterol merupakan bronkodilator golongan beta-2 agonis dengan waktu kerja 24 jam (ultra long acting bronchodilator) yang secara bermakna menurunkan volume ekspiratori paksa 1 detik pertama (FEV1), day of poor control dan penggunaan obat-obatan ”rescue medication” dibandingkan dengan plasebo. Selain itu efek samping indacaterol tidak berbeda bermakna dengan plasebo. n (ASL)


Daftar Pustaka

  1. Feldman G, Siler T, Prasad N, et al. Efficacy and Safety of Indacaterol 150 μg once-daily in COPD: a double-blind, randomised, 12 week study. BMC Pulmonary Medicine 2010.10;11
  2. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD): Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of chronic obstructive pulmonary disease, Updated 2008.[Accessed: 04 March 2010].

No comments:

Post a Comment